Takwa Dalam Sebuah Kotak

Takwa Dalam Sebuah Kotak - Suatu hari Ali bin Abi Thalib ra. Berjalan ke hutan. Ia Ditemani Kumail. Seorang dari sahbatnya. Sampai di daerah perkuburan, ayah Hasan dan Husain itu menepi dan berkata:
“Wahai ahli kubur! Wahai kau yang menghuni tempat yang sunyi ini! Bagaimana keadaanmu di alam sana? Setahu kami semua harta dan kekayaanmu sudah habis di bagi-bagikan. Anak-anakmu sudah menjadi yatim dan janda-janda yang kau tinggalkan sudah menikah kembali, sekarang ceritakanlah sedikit perihal dirimu?”

Tak ada jawaban bagi pertanyaan suami Fatimah Az-Zahra itu. Perkuburan itu tetap lengang, hening, hanya terdengar suara angin. Para penghuni kubur yang sudah bermukim di sana dalam waktu yang lama tak ada yang bangkit dan menjawab pertanyaan tersebut. Dan Ali, yang wajahnya di muliakan Allah itu, lalu berpaling ke arah kumail dan kembali berkata dengan dada sesak di penuhi haru yang membayang di pelupuk matanya.

“Wahai Kumail! Seandainya mereka dapat bicara, sudah tentu mereka akan mengatakan bahwa sebaik-baik bekal adalah takwa.”
Kalimat itu di ucapkan dengan bergetar oleh Ali, karena setelah itu beliau menangis. Kumail hanya terdiam sampai Ali kemudian berkata kembali.
“Wahai Kumail! Kubur adalah kotak tempat menyimpan amal. Dan hal ini akan di ketahui setelah kematian menjemput kita.”

Demikianlah. Setiap amal manusia akan tersimpan di dinding kuburnya sebagaimana tersimpannya sebuah benda dalam kotak. Benda itu tersimpan erat dan tak lagi bisa di ganti. Jika yang tersimpan adalah kebaikan, ia akan tetap menjadi kebaikan. Amal itu akan diperlihatkan kepada ahli kubur dalam sesosok laki-laki berwajah tampan yang menghibur dan menyenangkan hati dalam melewati detik-detik menjelang hari akhir.

Namun jika amal yang tersimpan adalah keburukan, ia akan tetap tersimpan sebagai keburukan. Amal itu lantas akan hadir di kotak kubur sebagai sesuatu yang berwajah buruk dan berbau busuk menjadi teman kesengsaraan dalam melewati hari-hari penuh derita sampai saat hari perhitungan sesyngguhnya tiba.

Maka benarlah sebuah kiasan yang lazim kita dengar bahwa setiap perbuatan manusia adalah tabungan untuk kehidupan kelak. Tabungan itu disimpan sedikit demi sedikit dalam sebuah kotak tanah liat. Dan hanya takwa sebaik-baik tabungan dalam kotak itu, menjadi cahaya dan sesuatu paling berharga saat dunia dan segala kemegahannya tak lagi ada. [Eross]

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel