Pandangan Syech Albani Tentang Kitab Ihya 'Ulumuddin (Imam Ghozali) -->

Header Menu

Pandangan Syech Albani Tentang Kitab Ihya 'Ulumuddin (Imam Ghozali)

Hamba Alloh
04 March 2013

Pandangan Syech Albani Tentang Kitab Ihya 'Ulumuddin (Imam Ghozali) - Beliau rahimahullah berkata dalam pernyataannya tentang penyalinan kitab Al Mughni 'An Hamlil Asfaar fil Asfar fi Takhrij ma fi Al Ihyaa min Akhbar, di awal kehidupan keilmuannya dan komentar-komentar beliau atas kitab tersebut:

Aku begitu terkesan (dengan Al Ihya) terutama yang berkaitan dengan akhlak, ikhlas, jauhnya dari (sifat) 'ujub dan tipuan dengan membaca beberapa bab dan pasal dengan seizin Allah SubhanahuwaTa'ala. Ketika aku sedang menyalin hadits-hadits yang telah ditakhrij oleh Al Hafizh Al 'Iraqi yang hal itu telah membawaku untuk membaca suatu pasal yang telah diuraikan oleh Al Ghazali dengan menurunkan hadits-hadits tersebut, maka aku dapat mengambil manfaat yang banyak sekali darinya.

Akan tetapi, alhamdulillah, aku tidaklah terpengaruh dengan kesufian, ilham-ilham dan ta'wil-ta'wilnya yang dapat menjauhkan aku dari madzhab salaf dalam beberapa pemikiran dan masalah-masalah 'aqidah (keyakinan), seperti pe-ngingkarannya terhadap istiwa' (bersemayamnya Allah di atas 'Arsy). Begitu juga dengan perkataannya bahwa Allah membebani hamba-Nya dengan sesuatu yang mereka tidak sanggup untuk melakukannya. Dan hal-hal lainnnya yang me-nyimpang karena ia telah mempelajari ilmu kalam dan penyimpangan sufi.

Beliau berkata dalam kitab Silsilatul Ahaditsidl Dla'ifah jilid 1 hal 18:

Betapa banyak hadits-hadits dalam Ihya yang telah ditetapkan bahwa (hadits tersebut) berasal dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam padahal Al Hafizh Al Iraqi dan lain-lainnya berkata tentang hadits-hadits tersebut, "Hadits-hadits itu tidak ada asalnya.

(Kemudian dalam kitab Tahrim Alatuth Tharb hal.178-179) beliau berkata:

“Untuk penutup aku katakan: Kalaulah tidak ada kesialan dari nyanyian kaum sufi tersebut kecuali perkataan seorang dari mereka, "Mendengarkan nyanyian itu lebih bermanfaat bagi para murid daripada mendengarkan Al-Quran!" Niscaya cukup!!

Ketika aku membaca pemyataan ini dalam kitab Ibnul Qayyim, Masalat Al Sama' (1/161) aku tidak meyakini bahwa perkataan ini diucapkan oleh seorang muslim sehingga aku menjumpai perkataan tersebut dalam kitab Ihya Ulumuddin (II/298) karya (Imam) Al Ghazali dengan ibarat yang mutlak tanpa ada kata "Murid", dengan sangat disayangkan sekali! Dan dia menguatkan (perkataan tersebut) dengan melontarkan kepada dirinya pertanyaan dan sanggahannya, yang ringkasannya sebagai berikut, "Apabila benar bahwasanya kalamullah ta'ala (Al Quran) itu lebih utama daripada nyanyian, lalu mengapa mereka tidak berkumpul atas seseorang pembaca Al Quran?" Maka ia menjawab, "Ketahuilah bahwasanya nyanyian itu lebih mengoncangkan hati bagi mereka yang sedang tidak sadarkan diri daripada Al Quran dari tujuh segi...!"

Kemudian ia menuliskan keterangannya lebih dari dua halaman besar, yang akan mengagetkan para pembahas, bagaimana mungkin perkataan tersebut dapat keluar dari seorang ahli fikih yang termasuk pembesar mazhab Syafi'i, bahkan orang-orang yang kami agungkan menyebutnya sebagai 'Hujjatul Islam' dan bersamaan dengan itu perkataannya ini ngelantur sekali dengan tanpa didasari dengan ilmu serta pemahaman (yang benar), yang (hal itu) dapat diketahui dari keterangannya (keterangan Imam Al Albani ini adalah tambahan dari penerjemah)