Header Ads

Bid'ah - Bid'ah di Bulan Rajab

Bid'ah - Bid'ah di Bulan Rajab - Diantara bulan Islam yang ditetapkan kemuliaannya dalam Al-Qur'an dan sunnah adalah bulan Rojab. Namun sungguh sangat disesalkan beredarnya riwayat-riwayat yang dho'if dan palsu seputar bulan Rojab serta amalan-amalan khusus di bulan Rojab di tengah masyarakat kita, sehingga digunakan senjata oleh para pecandu bid'ah dalam mempromosikan kebid'ahan-kebid'ahan ala jahiliyyah di muka bumi ini. Dari sinilah, terasa pentingnya penjelasan secara ringkas tentang pembahasan seputar bulan Rojab dan amalan-amalan manusia yang menodainya dengan riwayat-riwayat yang lemah dan palsu.

Rojab, Definisi dan Keutamaannya


Rojab secara bahasa diambil dari kata "Rojaba ar-rajulu rajaban", artinya mengagungkan dan memuliakan. Rojab adalah sebuah bulan. Dinamakan dengan Rojab dikarenakan mereka dulu sangat mengagungkannya pada masa jahiliyah yaitu dengan tidak menghalalkan perang di bulan tersebut.

Tentang keutamaannya, Alloh telah berfirman,Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Alloh adalah dua belas bulan,dalam ketetapan Alloh di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (QS At-Taubah: 36).

Imam At-Thobari berkata, Bulan itu ada dua belas, empat diantaranya merupakan bulan harom (mulia), dimana orang-orang jahiliyah dahulu mengagungkan dan memuliakannya. Mereka mengharomkan peperangan pada bulan tersebut hingga seandainya ada seseorang bertemu dengan pembunuh bapaknya, dia tidak akan menyerangnya. Bulan empat itu adalah Rojab Mudhor, dan tiga bulan berurutan: Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharrom. Demikianlah yang dinyatakan dalam hadits-hadits Rasulullah. 1

Imam Bukhori meriwayatkan dalam Shohihnya (4662) dari Abu Bakroh bahwasanya Nabi bersabda,Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana keadaannya tatkala Alloh menciptakan langit dan bumi, setahun ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan harom, tiga bulan berurutan yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban.

Di antara dalil yang menunjukkan bahwa bulan Rojab sangat diagungkan oleh manusia pada masa jahiliyah adalah riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (2 / 345) dari Khorosyah bin Hurr, ia berkata, Saya melihat Umar memukul tangan-tangan manusia pada bulan Rojab agar mereka meletakkan tangan mereka di piring, kemudian beliau (Umar) mengatakan, Makanlah oleh kalian, karena sesungguhnya Rojab adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang Jahiliyah. 2

Riwayat Seputar Rajab


Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, dalam kitabnya Tabyin 'Ajab Bima Waroda Fi Rojab(6):

Tidak ada hadits shohih yang dapat dijadikan hujjah seputar amalan khusus di bulan Rojab, baik puasa maupun sholat malam dan sejenisnya. Dan dalam menegaskan hal ini, aku telah didahului oleh Al-Imam Abu Isma'il Al-Harowi Al-ha_dz. Kami meriwayatkan darinya dengan sanad shohih, demikian pula kami meriwayatkan dari selainnya. Al-Hafizh Ibnu Hajar juga berkata,Hadits-hadits yang datang secara jelas seputar keutamaan Rojab atau puasa di bulan Rojab terbagi menjadi dua, dho'if (lemah) dan maudhu' (palsu).

Al-Hafizh telah mengumpulkan hadits-hadits seputar Rojab, maka beliau mendapatkan sebelas hadits berderajat dho'if dan dua puluh satu hadits berderajat maudhu'. Berikut ini kami nukilkan sebagian hadits-hadits dho'if dan maudhu' tersebut: Sesungguhnya di Surga ada sebuah sungai yang dinamakan "Rojab", warnanya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa berpuasa satu hari di bulan Rojab, niscaya Allah akan memberinya minum dari sungai tersebut. (Hadits dho'if / lemah)

Rasulullah apabila memasuki bulan Rojab, beliau berdo'a, "Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rojab dan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan Romadhon." (Hadits dho'if / lemah)

Bulan Rojab adalah milik Alloh, Sya'ban adalah bulanku dan Romadhon adalah bulan umatku. (Hadits maudhu' / palsu)

Keutamaan bulan Rojab dibandingkan semua bulan seperti keutamaan Al-Qur'an terhadap semua dzikir. (Hadits maudhu' / palsu) Barangsiapa berpuasa pada bulan Rojab dan sholat empat rokaat pada bulan tersebut,... niscaya dia tidak menginggal dunia hingga melihat tempat tinggalnya di Surga, atau diperlihatkan untuknya (Hadits maudhu' / palsu)

Itulah sedikit contoh dari hadits-hadits dho'if dan maudhu' seputar bulan Rojab. Sengaja kami nukil secara ringkas karena maksud kami hanya untuk dapat memberikan syara'at dan perhatian saja, bukan membahas secara detail dan terperinci.

Sholat Roghoib


Sholat Roghoib adalah sholat yang dilaksanakan pada malam Jum'at pertama bulan Rojab, tepatnya antara sholat maghrib dan isya' dengan didahului puasa hari Kamis, dikerjakan dengan dua belas rakaat. Pada setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah sekali, surat Al-Qodar tiga kali dan surat Al-Ikhlas dua belas kali... dan seterusnya.

Sifat sholat seperti di atas tadi didukung oleh sebuah riwayat oleh sahabat Anas bin Malik yang dibawakan secara panjang oleh Imam Ghozali (bukan Moh Ghozzali Al-Mishri) dalam Ihya' Ulumuddin (1 / 203) dan beliau menamainya dengan "Sholat Rojab" seraya berkata "ini adalah sholat yang disunnahkan"!!!

Demikianlah perkataannya -semoga Allah mengampuninya- padahal para pakar ahli hadits telah bersepakat dalam satu kata bahwa hadits-hadits tentang "Sholat Roghoib" adalah Maudhu' (palsu). Di bawah ini, penulis nukilkan sebagian komentar ulama' ahli hadits tentangnya:

1. Imam Ibnu Jauzy berkata:
Hadits sholat Roghoib adalah palsu, didustakan atas nama Rasulullah.Para ulama mengatakan bahwa hadits ini dibikin oleh seseorang yang bernama Ibnu Juhaim. Dan saya mendengar syaikh (guru) kami Abdul Wahhab Al-Ha_zh mengatakan, Para perowinya majhul (tidak dikenal), saya telah memeriksa seluruhnya dalam setiap kitab, namun saya tidak mendapatkan- nya. 4

2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
Sholat Roghoib adalah bid'ah menurut kesepakatan para imam agama,tidak disunnahkan oleh Rasulullah, tidak pula oleh seorangpun dari khalifahnya serta tidak dianggap baik oleh para ulama panutan, seperti Imam Malik, Sya_'i, Ahmad, Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsauri, Auza'i, Laits dan sebagainya. Adapun hadits tentang sholat Roghoib tersebut adalah hadits dusta, menurut kesepakatan para pakar ahli hadits. 5

3. Imam Dzahabi berkata:
tatkala mebceritakan biografi imam Ibnu Sholah: Beliau (Ibnu Sholah) tergelincir dalam masalah sholat Roghoib, beliau menguatkan dan mendukungnya padahal kebatilan hadits tersebut tidak diragukan lagi. 6

4. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata:
Demikian pla hadits-hadits tentang sholat Roghoib pada awal malam Jum'at bulan Rojab, seluruhnya dusta, dibuat-buat atas nama Rasulullah. 7

5. Al-Hafidz Al-'Iroqi berkata: "hadits maudhu' (palsu)." 8

6. Al-Allamah Asy-Syaukani berkata:
Maudhu', karena para perowinya majhul. Dan inilah sholat Roghoib yang masyhur, para pakar telah bersepakat bahwa hadits tersebut maudhu', kepalsuannya tidak diragukan lagi, hingga orang yang baru dalam ilmu hadits sekalipun... Berkata Al-Fairuz Abadi dalam Al- Mukhtashor bahwa hadits tersebut maudhu' menurut kesepakatan, demikian pula dikatakan oleh Al-Maqdisi. 9
Apabila telah jelas derajat Sholat Roghoib sebagaimana di atas, maka mengerjakannya merupakan kebid'ahan dalam agama, yang harus diwaspadai oleh setiap insan yang hendak meraih kebahagiaan. Untuk menguatkan kebid'ahan sholat Roghoib ini, penulis nukilkan perkataan dua imam masyhur di kalangan madzhab Sya_'i yaitu Imam Nawawi dan Imam Suyuthi - semoga Allah merahmati keduanya. Imam Nawawi berkata, Sholat yang dikenal dengan Sholat Roghoib, dua belas rakaat antara Maghrib dan Isya' awal malam Jum'at bulan Rojab dan sholat Nisfu Sya'ban seratus rakaat, termasuk bid'ah mungkar dan jelek. Janganlah tertipu dengan disebutkannya kedua sholat tersebut dalam Qutul Qulub dan Ihya' Ulumuddin (karya Al-Ghozali) dan jangan tertipu pula oleh hadits yang termaktub pada kedua kitab tersebut. Sebab, seluruhnya merupakan kebatilan. 10

Imam Suyuthi berkata,
Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu- bahwa mengagungkan hari dan malam ini (Rojab) merupakan perkara yang diada-adakan dalam Islam, yang bermula setelah 400H.
Memang ada riwayat yang mendukungnya, namun haditsnya maudhu'(palsu) dengan kesepakatan para ulama', riwayat tersebut intinya tentang keutamaan puasa dan sholat pada bulan Rojab yang dinamai dengan Sholat Roghoib. Menurut para pakar, dilarang mengkhususkan bulan ini (Rojab) dengan puasa dan sholat bid'ah (sholat Roghoib) serta segala jenis pengagungan terhadap bulan ini seperti membuat makanan, menampakkan perhiasan dan sejenisnya. Supaya bulan ini tidak ada bedanya seperti bulan-bulan lainnya. 11

Kesimpulannya, riwayat tentang Sholat Roghoib adalah maudhu' (palsu) dengan kesepakatan para pakar ahli hadits. Oleh karena itu, beribadah dengan hadits palsu merupakan kebid'ahan dalam agama, apalagi sholat Roghoib ini baru dikenal mulai tahun 448H.

Perayaan Isra’ Mi’raj


Setiap tanggal 27 Rojab, perayaan Isro' Mi'roj sudah merupakan sesuatu yang tidak dapat terlupakan di masyarakat kita sekarang. Bahkan, hari tersebut menjadi hari libur nasional. Oleh karena itu, mari kita mempelajari masalah ini dari dua tinjauan.

1. Tinjauan Sejarah
Munculnya Perayaan Isro' Mi'roj Dalam tinjauan sejarah waktu terjadinya Isro' Mi'roj masih diperdebatkan oleh para ulama. Jangankan tanggalnya, bulannya saja masih diperselisihkan hingga kini. Al-ha_zh Ibnu Hajar Al-Atsqolani memaparkan perselisihan tersebut dalam kitabnya, Fathul Bari (7 / 203) hingga mencapai lebih dari sepuluh pendapat! 10 Al-Majmu' Syarh Muhadzab (3 / 549) 11Al-Amru Bil Ittiba' hal. 166 - 167. Ada yang berpendapat bahwa Isro' Mi'roj terjadi pada bulan Romadhon, Syawal, Robi'ul Awal, Robi'ul Akhir ... dan seterusnya. Al-Imam Ibnu Katsir menyebutkan dari Zuhri dan 'Urwah bahwa Isro' Mi'roj terjadi setahun sebelum keluarnya Nabi ke kota Madinah yaitu bulan Robi'ul Awal, adapun pendapat Suddi, waktunya adalah enam belas bulan sebelum hijroh, yaitu bulan Dzulqo'dah. Al-Ha_dz Abful Ghoni bin Surur Al-Maqdisi membawakan dalam sirohnya hadits yang tidak shohih sanadnya tentang waktu isro' mi'roj pada tanggal 27 Rojab.

Dan sebagian manusia menyangka bahwa isro' mi'roj terjadi pada hari Jum'at pertama bulan Rojab, yaitu malam Roghoib yang ditunaikan pada waktu tersebut sebuah sholat masyhur, tetapi tidak ada asalnya. 12

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, -sebagaimana dinukil oleh muridnya, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah-, Tidak ada dalil shohih yang menetapkan bulan maupun tanggalnya, seluruh nukilan tersebut munqothi' (terputus) dan berbeda-beda. 13

Bahkan Imam Abu Syamah menegaskan,
Sebagian tukang cerita menyebutkan bahwa Isro' Mi'roj terjadi pada bulan Rojab, hal itu menurut ahli hadits merupakan kedustaan yang amat nyata. 14

Dari perkataan para ulama' di atas dapat disimpulkan bahwa Isro' Mi'roj merupakan malam yang agung, namun tidak diketahui waktunya. Agar pembaca memahami masalah ini, dengan mudah saya katakan, Ada sebagian ibadah yang berkaitan erat dengan waktu, kita tidak boleh melangkahinya seperti sholat lima waktu. Ada sebagian ibadah lainnya, Allah menyembunyikan waktunya dan memerintahkan kepada kita untuk berlomba- lomba mencarinya seperti malam Lailatul Qodar. Dan sebagian waktu yang mulia derajatnya di sisi Allah dan tidak ada ibadah khusus (seperti sholat dan puasa) untuknya, oleh karena itu Allah menyembunyikan waktunya, seperti malam Isro' Mi'roj. 15

2. Tinjauan Syari'at
Ditinjau dari segi syari'at, kalau toh memang benar bahwa Isro' Mi'roj terjadi pada 27 Rojab, namun kalau kemudian waktu tersebut dijadikan sebagai malam perayaan dengan pembacaan kisah-kisah palsu tentang Isro' Mi'roj, maka seseorang yang tidak mengikuti hawa nafsunya, tidak akan ragu bahwa hal tersebut termasuk perkara bid'ah dalam Islam. Sebab, perayaan tersebut tidaklah dikenal di masa sahabat, tabi'in dan para pengikut setia mereka.

Islam hanya memiliki tiga hari raya; yakni Idhul Fitri, Idhul Adha setiap satu tahun, dan hari Jum'at setiap satu minggu. Selain tiga ini, tidak termasuk agama Islam secuilpun. 16

Ibnu Hajj berkata, "Termasuk perkara bid'ah yang diada-adakan oleh orang-orang pada malam 27 Rojab adalah ..." Kemudian beliau menyebutkan beberapa contoh bid'ah pada malam tersebut seperti kumpul-kumpul di masjid, ikhthilath (campur baur antara laki-laki dengan perempuan), menyalakan lilin dan pelita; beliau juga menyebutkan perayaan malam Isro' Mi'roj termasuk perayaan yang dinasabkan kepada agama, padahal bukan darinya. 17

Ibnu Nuhas berkata, Sesungguhnya perayaan malam ini (Isro' Mi'roj) merupakan kebid'ahan besar dalam agama yang diada-adakan oleh saudara-saudara syetan. 18

Demikian pula dengan kisah Ibnu Shulthon, seorang penghambur yang tidak pernah sholat kecuali di bulan Rojab saja, namun tatkala hendak meninggal dunia, terlihat padanya tanda-tanda kebaikan sehingga ketika Rasulullah ditanya perihalnya, beliau menjawab,

Sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan berdo'a pada bulan Rojab. Semua ini merupakan kedustaan dan kebohongan. haram hukumnya membacakan dan melariskan riwayatnya kecuali untuk menjelaskan kedustaannya. Sungguh sangat mengherankan kami, tatkala para jebolan Azhar membacakan kisah-kisah palsu seperti ini kepada manusia. Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata, Malam Isro' Mi'roj tidak diketahui waktu terjadinya. Karena seluruh riwayat tentangnya tidak ada yang shohih menurut para pakar ilmu hadits. Di sisi Alloh-lah hikmah dibalik semua ini. Kalaulah memang diketahui waktunya, tetapi tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkannya dengan ibadah dan perayaan. Karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya. Seandainya disyari'atkan, pastilah Nabi menjelaskannya kepada umat, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan...
Kemudian beliau berkata, Dengan penjelasan para ulama beserta dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits di atas sudah cukup bagi para pencari kebenaran untuk mengingkari bid'ah malam Isro' Mi'roj yang memang bukan dari Islam secuilpun...

Sungguh amat menyedihkan, tatkala bid'ah ini meruyak segala penjuru negeri Islam, sehingga diyakini oleh sebagian orang bahwa perayaan tersebut merupakan Agama. Kita berdo'a kepada Alloh agar memperbaiki keadaan kaum muslimin semuanya dan memberi karunia kepada mereka berupa ilmu agama dan taufiq serta istiqomah di atas kebenaran. 19

Mengkhususkan Puasa di Bulan Rojab


Termasuk perkara bid'ah di bulan Rojab adalah mengkhususkan puasa bulan Rojab,karena tidak ada hadits shohih yang mendukungnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, Adapun mengkhususkan puasa di bulan Rojab, maka seluruh haditsnya adalah lemah dan palsu, ahli ilmu tidak menjadikannya sebagai sandaran sedikitpun. 20

Imam Suyuthi berkata,
Mengkhususkan bulan Rojab dengan puasa adalah dibenci. Syafi'i berkata, Aku membenci bila seseorang menyempurnakan puasa sebulan penuh seperti puasa Romadhon, dimikian pula mengkhususkan suatu hari di hari-hari lainnya. Dan Imam Abdullah Al-Anshori -seorang ulama dari Khurosan- tidak berpuasa bulan Rojab bahkan melarangnya seraya berkata, Tidak satu hadits pun shohih dari Rosululloh tentang keutamaan bulan Rojab dan puasa Rojab.

Bila dikatakan, Bukankah puasa termasuk ibadah dan kebaikan?" Jawabnya, "Benar. Tapi ibadah harus berdasarkan contoh dari Rosululloh. Apabila diketahui hadits-nya dusta, berarti tidak termasuk syari'at." Bulan Rojab diagung-agungkan oleh Bani Mudhor di masa jahiliyah sebagaimana dikatakan Umar bin Khoththob. Bahkan beliau memukul tangan orang-orang yang berpuasa di bulan Rojab. Demikian pula Ibnu Abbas apabila melihat manusia berpuasa Rojab, beliau membencinya seraya berkata, "Berbukalah kalian, sesungguhnya Rojab adalah bulan yang diagungkan oleh ahli jahiliyah." 21

Imam Thurthusi mengatakan -setelah membawakan atsar-atsar di atas, Atsar-atsar ini menunjukkan bahwa pengagungan manusia terhadap Rojab sekarang ini, merupakan sisa-sisa peninggalan zaman jahiliyah dahulu. Kesimpulannya, berpuasa di bulan Rojab adalah dibenci dan apabila seorang berpuasa dalam keadaan yang aman, yaitu bila manusia telah mengetahuinya Majmu' Fatawa 25 / 290.

Kesimpulan dari perkataan para ulama' di atas: tidak boleh mengkhususkan puasa di bulan Rojab sebagai pengagungan terhadapnya. Sedangkan apabila seseorang telah bterbiasa / rutin berpuasa sunnah (puasa Daud atau Senin Kamis misalnya, baik di bulan Rojab maupun tidak) dan tidak beranggapan sebagaimana anggapan salah masyarakat awam sekitarnya, maka ini diperbolehkan.

Sembelihan Rojab


Termasuk adat Jahiliyah dahulu adalah menyembelih hewan di bulan Rojab sebagai pengagungan terhadapnya, disebabkan Rojab merupakan awal bulan harom sebagaimana dikatakan Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya (4 / 496).
Tatkala Islam datang, secara tegas telah membatalkan acara sembelihan Rojab serta mengharomkannya sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits Rosulullah, diantaranya, Dari Abu Huroiroh ia berkata, Rosululloh bersabda, "Tidak ada Faro' dan 'Athiroh." 23

Dalam riwayat lainnya dengan lafadz "larangan", Rosululloh melarang dari Faro' dan 'Athiroh. 24

Dalam riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya (2 / 229) dengan lafadz, "Tidak ada 'Athiroh dan Faro' dalam Islam." Berkata Abu 'Ubaid -seorang ulama pakar bahasa-, 'Athiroh adalah sembelihan yang biasa dilakukan di masa jahiliyah pada bulan Rojab untuk taqorrub (mendekatkan diri) kepada patung-patung mereka. 25

Abu Daud juga berkata,
Faro' adalah unta yang disembelih oleh orang-orang jahiliyah yang diperuntukkan bagi tuhan-tuhan, kemudian mereka makan, lalu kulitnya dilemparkan ke pohon. Adapun 'Athiroh adalah sembelihan pada sepuluh hari pertama bulan Rojab. 26

Footnote:
1. Lihat Jami'ul Bayan 10 / 124 - 125.
2. Atsar shohih, dishohihkan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa 25 / 291 dan Al-Albani dalam
4 Al-Maudhu'at (2 / 124 - 125).
5 Majmu' Fatawa (23 / 134) Irwa'ul Ghalil no. 957.
6 Siyar A'lam Nubala' (23 / 142 - 143)
7 Al-Manar Munir (no. 167)
8 Takhrij Ihya' (1 / 203)
9 Al-Fawaidul Majmu'ah (47 - 48)
10 Al-Majmu' Syarh Muhadzab (3 / 549)
11 Al-Amru Bil Ittiba' hal. 166 - 167.
12 Al-Bidayah Wa Nihayah (3 / 108 - 109)
13 Zadul Ma'ad (1 / 57)
14 Al-Baaits, hal. 171.
15 Lihat majalah At-Tauhid, Mesir, hal. 9 edisi 7 th. 28, Rojab 1420H.
16 Lihat At-Tamassuk bis Sunnah Nabawiyah (33 - 34) oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al- Utsaimin.
17 Al-Madkhol: 1 / 294 - 298 dinukil dari Al-Bida' Al-Hauliyah hal. 275 - 276 oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiri.
19 At-Tahdzir Minal Bida', hal. 9 oleh Syaikh Ibnu Baz.
20 Majmu' Fatawa 25 / 290.
21 Al-Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah 2 / 346. Lihat pula Al-Amru Bil Ittiba', hal. 174 - 176 oleh Imam Suyuthi, di tahqiq oleh Syaikh Mashur bin Hasan Salman.
23 HR. Bukhori 5473, 5474; Muslim 1976; Abu Dawud 2831; Tirmidzi 1512; Nasa'i 4219 dan Ibnu Majah 3168.
24 HR. Nasa'i 4220; Ahmad 2 / 409 dan Al-Isma'ily sebagaimana dalam Fathul Bari 8 / 596.
25 Fathul Bari 8 / 598, oleh Ibnu Hajar.
26 Lihat 'Aunul Ma'bud 7 / 341, 8 / 24 oleh Abu Abdir Rohman Syaroful Haq Azhim Abadi -bukan Syamsul Haq Adzim Abadi sebagaimana tertulis dalam sampul kitab.

No comments

Powered by Blogger.